Minggu, 01 April 2018

Diabetes Melitus tipe 1


1. Definisi
Diabetes Melitus (DM) adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan karateristik hiperglikemia dan terjadi akibat defek sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Menurut ISPAD (International Society of Pediatric and Adolesence  Diabetes), DM-Tipe 1 terjadi akibat destruksi sel ẞ-pankreas yang berakhir pada defisiensi absolut insulin yang terjadi karena proses autoimun atau idiopatik. 

2. Diagnosis
1. Kadar glukosa darah puasa (GDP) ≥ 126 mg/dL (≥ 7,0 mmol/L). 
2.Adanya gejala klinis poliuria, polidipsia, polifagia, berat badan (BB) yang menurun, & kadar glukosa darah sewaktu (GDS) > 200 mg/dL (11,1 mmol/L).
3.Penderita yang asimptomatis ditemukan kadar GDS  > 200 mg/dL atau kadar GDP lebih tinggi dari  normal dengan tes toleransi glukosa (TTG) yang terganggu pada lebih dari 1 kali pemeriksaan. 

Penilaian hasil TTG :
1.Menderita DM, bila :
Kadar GDP ≥ 126 mg/dL (7 mmol/L) atau kadar GD pada jam ke-2 > 200 mg/dL (11,1 mmol/L).
2.Menderita TTG terganggu, bila :
 Kadar GDP 100-125 mg/dL (5,6-6,9 mmol/L) dan kadar  GD pada jam ke-2 140-199 mg/dL (7,8-11,1 mmol/L).
3.Normal, bila :
Kadar GDP (plasma) < 100 mg/dL (5,6 mmol/L) dan  kadar GD pada jam ke-2 < 140 mg/dL (7,8mmol/L).   


3. Tanda dan Gejala

A. Sebagian besar DM Tipe 1 (70%) bersifat asimptomatik
B. Gejala klasik DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, serta berat badan yang menurun cepat pada umumnya muncul secara akut.
C. Gejala lain akibat hiperglikemia : luka sulit sembuh, kulit kering dan gatal, parastesia pada kaki, atau pandangan kabur
D. Pada kasus yang terlambat terdiagnosis, dapat ditemui komplikasi berupa ketoasidosis(pernapasan Kussmaul, napas berbau keton, penurunan kesadaran, tanda-tanda asidosis)

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektrolit dan keton darah
b. Urinalisis
c. C-peptide ( bedakan DM tipe 1 dan DM tipe 2 )
d. ICAs / IAA ( petanda/marker adanya proses autoimun pada sel beta pankreas )
e. HbA1c ( sebagai parameter kontrol metabolik )

 5. Tata laksana 
Insulin -> Makan -> Exercise -> Edukasi -> Monitoring
Tujuan tatalaksana yaitu agar kualitas hidup pasien tetap optimal, dengan kontrol metabolik yang baik. 
A. Insulin
        Konsekuensi bila tidak memakai insulin:
       Gangguan pertumbuhan
       Pubertas terlambat
       Kontrol metabolik kurang
       Komplikasi mikrovaskular
       Komplikasi makrovaskular
       Harapan hidup pendek
       Kualitas hidup menurun
        Aplikasi praktis terapi insulin pada DMT1 dapat menggunakan regimen :

1.      Split mix regimen
Menggunakan dua dosis regimen insulin:campuran short acting insulin dengan intermediete atau long acting insulin. Total dosis harian dibagi menjadi 2 kali suntik, yang diberikan sebelum makan pagi dan sebelum makan malam
2.      Basal-bolus regimen
Insulin dosis rendah diberikan untuk meningkatkan kebutuhan basal(misalnya glargine, determir) dan dikombinasikan dengan insulin dosis besar untuk memenuhi kebutuhan prandial(setiap kali makan) yang dosisnya disesuaikan dengan kandungan karbohidrat dalam diet tersebut. Dalam menentukan dosis bolus, digunakan rasio karbohidrat : insulin. Rasio tersebut disesuaikan dengan berat badan dan total dosis harian (TDH) insulin pasien yang dihitung dengan rumus rasio K:I = (1650/TDH) x 0.33
3.      Pompa Insulin
Hanya boleh menggunakan analog insulin kerja cepat yang diprogram sebagai analog insulin basal dan bolus sesuai kebutuhan

Efek samping pemberian insulin
        BB naik (efek anabolisme)
        Lipodistrofi (terutama di daerah penyuntikan)
        hipoglikemia (pasien diingatkan untuk membawa permen untuk mengantisipasi)


Tempat penyuntikan :
        Absorbsi insulin berbeda @ tempat penyuntikan
        Paling cepat di abdomen
        Paling lambat di bokong
        Sebaiknya di rotasi untuk menghindari lipohipertrofi
        Lipohipertrofi memperlambat absorpbsi insulin

B. Nutrisi
        Kalori terdiri dari:
       50-55% KH
       15-20% protein
       30% from fat.
        Kebutuhan kalori:
       1000 + (Usia (tahun) x 100) kal.
       Berdasarkan BB ideal
Dibagi menjadi:
       20% sarapan
       10% snack pagi
       25% makan siang
       10% snack siang
       25% makan malam
       10% snack Malam


 C.  Exercise
Boleh olahraga apa saja jika tidak ada komplikasi dan kontrol glikemik baik. Sekitar 40% kejadian hipoglikemia dicetuskan saat olahraga. 
Selama olahraga, monitoring gula darah setiap 30 menit. Pastikan cairan cukup, serta konsumsi karbohidrat setiap 30 menit bila dibutuhkan. 
Sebelum OR:         GD >250 mg/dL + Ketonemia/uria: jangan OR.
                       •        GD >300 mg/dL tanpa ketonemia/uria: hati-hati
                       •        GD < 100 mg/dL: tambah KH

D. Edukasi 
        Saat diagnosis: overview diabetes pada keluarga
        Edukasi(keystone of diabetes care) meliputi:
       Patofisiologi hiper dan hipoglikemia
       “the do’s and don’ts” hidup dengan DM
       Insulin :
        Tipe insulin
        Bagaimana mencampur
        Bagaimana menyuntik
        Lokasi injeksi dan rotasi
        ES pada daerah injeksi
       Monitor GD
       Target GD/ HbA1c (individual)

E. Monitoring
Monitoring metabolik = gula darah (Parameter terbaik : HbA1C)
Target : 1. Tumbuh kembang anak normal   2. HbA1C < 7.5%   3. Hipoglikemia berat (-) 
4. Ketoasidosis (-)    5. GD pre prandial : 70-150 mg/dl   6. GD post prandial : <180-200 mg/dl

Referensi :
Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV. 2016. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Bahan kuliah FK UNHAS 2016,2017.

Catatan kuliah pemilik blog.

Sabtu, 31 Maret 2018

Penyakit Jantung Koroner ( PJK )

1. Definisi
Penyakit Jantung Koroner adalah penyakit akibat penyempitan (obstruksi) yang terjadi pada arteri coronaria sehingga suplai darah dan oksigen ke miokardium tidak adekuat. Obstruksi dapat terjadi partial maupun total. Hasil dari beberapa studi menunjukkan bahwa penyebab utama PJK adalah lesi atherosklerotik pada arteri coronaria. Atherosklerosis yaitu suatu proses dimana terjadi penimbunan lemak yang diikuti pembentukan jaringan ikat pada dinding pembuluh arteri.



2. Faktor Resiko
a. Dapat dimodifikasi :
   -Rokok ( Rokok dapat menyebabkan rusaknya endotel pembuluh darah )
   -Dislipidemia (Lipid dalam darah terlalu tinggi sehingga menumpuk di pembuluh darah)
   -Hipertensi
   -Diabetes Melitus
   -Obesitas

b.Tidak dapat dimodifikasi :
   -Usia(terutama pada usia lanjut)
   -Jenis kelamin (L>P)
   -Genetik/Riwayat keluarga
   -Riwayat penyakit (Penyakit jantung/stroke)

3. Manifestasi Klinik
a. Angina Pectoris Stabil
    Angina Pectoris didefinisikan sebagai perasaan tidak enak di dada ( chest discomfort ) akibat iskemia miokard. Perasaan tidak enak di dada ini bisa berupa nyeri, rasa terbakar, atau rasa tertekan.
- Sakit dada
- Sakit pada rahang ( sering dikira sakit gigi )
- Bisa menjalar hingga ke bahu
- Bibir dan tangan biru
- Diprovokasi oleh aktifitas fisik / stress emosional / udara dingin
- Membaik dengan pemberian Nitrogliserin
- Membaik dengan istirahat
Penyebab paling sering : atherosklerosis koroner plak stabil
Penyebab lainnya (jarang) : Kongenital, Stenosis aorta, dll

Pemeriksaan : Elektrokardiografi ( EKG mampu memberi informasi mengenai daerah iskemia namun tidak mampu mendeteksi secara cepat cabang arteri coronaria mana dan berapa persen penyempitannya )
                       Treadmill test
                       Foto Roentgen (untuk menyingkirkan diagnosis lainnya)
                       Ekokardiografi (Penilaian fungsi sistolik)
                       Angiografi

Penatalaksanaan : Tujuan utama yaitu mencegah terjadinya infark miokard dan kematian serta memperbaiki kualitas hidup. Mengurangi gejala angina, frekuensi dan gejalanya.
A. Hindari Rokok
B. Kontrol hipertensi
     DIET DASH
     Menurut JNC VII :
     pola diet DASH adalah salah satu upaya dalam mencegah peningkatan tekanan darah pada subjek hipertensi. 
      Syarat: rendah natrium (<2300 mg/hari),
  tinggi kalium (4700 mg/hari),
  magnesium (>420 mg/hari),
  kalsium(>1000 mg/hari),
  serat (25 – 30 g/hari)
  rendah asam lemak jenuh dan kolesterol
  (<200 mg/hari)
  diet ini mengandung tinggi kalium, fosfor dan protein sehingga perlu dipertimbangkan    untuk pasien dengan gangguan penurunan fungsi ginjal.
C. Berat Badan Ideal harus dicapai
D.  Diet Dislipidemia
Syarat diet :
1. Energi yang dibutuhkan disesuaikan menurut berat badan ideal dan aktivitas fisik.
2. Lemak sedang, <30 % dari kebutuhan energi total.
3. Protein cukup, yaitu  10 – 20 % dari kebutuhan energi total.
4. Karbohidrat sedang, yaitu 50-60% dari kebutuhan energi total.
5. Serat tinggi, terutama serat larut air
Contoh:
apel, beras tumbuk atau beras merah, havermout, dan kacang-kacangan.
6. Vitamin dan mineral cukup. Suplemen multivitamin dianjurkan untuk pasien yang mengkonsumsi < 1200 kkal
E. Medikamentosa :
1. Aspirin 80-325 mg/hari
2. Nitrat/Nitrogliserin (menyebabkan perfusi miokard lebih baik akibat penurunan preload, afterload, dan penurunan tegangan dinding ventrikel ; dapat mengatasi angina dengan cepat )
3. ACE Inhibitor atau ARB (untuk mengurangi kejadian berulang)
4. Antagonis kalsium
5. Beta Blocker
    kardioselektif : atenolol, metoprolol, bisoprolol

b. Sindrom Koronaria Akut ( SKA )
Berbeda dengan Angina Pectoris Stabil, iskemia pada SKA lebih disebabkan oleh penurunan suplai mendadak dibandingkan dengan peningkatan kebutuhan, biasanya akibat plak yang ruptur.
Terdiri dari :
* Unstable Angina Pectoris
- Terjadi perdarahan, ruptur, fissura sehingga terbentuk trombus di daerah plak
- Intensitas nyeri lebih lama ( durasi > 20 menit )
- Frekuensi nyeri lebih sering
- Serangan tidak menentu (istirahat maupun sedang beraktifitas)
- Tidak membaik hanya dengan pemberian Nitrogliserin
- Kadang disertai keringan dingin, mual, muntah
- Tanpa peningkatan enzim biomarka jantung (Troponin T dan/atau CKMB)
- Dengan atau tanpa perubahan EKG yang menyebabkan iskemia
* STEMI ( ST Elevasi Miocard Infark )
- Manifestasi khas angina
- Peningkatan enzim penanda jantung
- Adanya gambaran elevasi segmen ST pada EKG


* NSTEMI ( Non ST Elevasi Miocard Infark )
- Manifestasi khas angina
- Peningkatan enzim penanda jantung
- Tanpa adanya gambaran elevasi segmen ST pada EKG

Pemeriksaan : Elektrokardiografi
                       Biomarka jantung ( Troponin T dan/atau CKMB )
                       BUN, kreatinin serum
                       Ekokardiografi (dapat mengvisualisasi langsung struktur jantung)
                       Angiografi koroner
                       Cardiac MRI

Penatalaksanaan : 
a. Terapi antiiskemia : nitrogliserin sublingual 0.4 mg atau isosorbid dinitrat (ISDN) 5 mg setiap 5 menit. 
b. Penggunaan morfin intravena dapat dipertimbangkan untuk mengatasi nyeri dada.
c. Penggunaan penyekat beta (Beta Blocker) untuk mengurangi kebutuhan oksigen jantung serta mencegah terjadinya iskemia berulang, aritmia ventrikuler, dan memperbaiki prognosis.
d. Inisiasi terapi antitrombotik untuk cegah trombosis baru dan embolisasi dari plak yang ruptur atau erosi. 
- Penghambat COX-1 (Aspirin loading dose )
- Penghambat reseptor P2Y12 (Clopidogrel)


Sumber :
Kabo, P. 2010. Bagaimana menggunakan obat obat kardiovaskular secara rasional. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV. 2016. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Bahan kuliah FK UNHAS 2016,2017.
Catatan kuliah pemilik blog.

Kamis, 14 Desember 2017

Karateristik Pasien Penderita Malaria berdasarkan Jenis Plasmodium Penyebab Malaria di Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari Periode Oktober 2017 - Maret 2018





PROPOSAL METODELOGI PENELITIAN

KARATERISTIK PASIEN PENDERITA MALARIA BERDASARKAN JENIS PLASMODIUM PENYEBAB MALARIA
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MANOKWARI
PERIODE OKTOBER 2017MARET 2018



Disusun oleh:

EUGENIA NATALSHA P PARORRONGAN
C111 16 008







FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
 MAKASSAR
2017




DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB 1. PENDAHULUAN........................................................................... 1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 4
BAB 3. METODE PENELITIAN.............................................................. 13
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN.......................................... 17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 18


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
            Malaria merupakan penyakit serius dan bisa berakibat fatal. Malaria disebabkan karena infeksi parasit tertentu yang ditularkan melalui nyamuk. Penderita malaria biasa ditemukan dengan gejala demam tinggi, gemetar, mengigil, dan penyakit mirip flu (CDC, 2015).  Malaria juga merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja. Penyakit ini juga masih endemis di sebagian besar wilayah Indonesia(Kemenkes,2012). Penderita yang memiliki gejala klinis malaria harus melakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan status malarianya. Tahun 2015, dilaporkan bahwa terjadi 214 juta kasus malaria di seluruh dunia (WHO, 2015).
               Insiden Malaria pada penduduk Indonesia tahun 2013 adalah 1,9 persen menurun dibanding tahun 2007 (2,9%), tetapi di Papua Barat mengalami peningkatan tajam jumlah penderita malaria. Prevalensi malaria tahun 2013 adalah 6,0 persen. Lima provinsi dengan insiden dan prevalensi tertinggi adalah Papua (9,8% dan 28,6%), Nusa Tenggara Timur (6,8% dan 23,3%), Papua Barat (6,7% dan 19,4%), Sulawesi Tengah (5,1% dan 12,5%), dan Maluku (3,8% dan 10,7%) (tabel 3.4.9). Dari 33 provinsi di Indonesia, 15 provinsi mempunyai prevalensi malaria di atas angka nasional, sebagian besar berada di Indonesia Timur (Riskesdas,2013). Jumlah penderita malaria terbanyak berada di Kabupaten Manokwari dan Fak Fak, akibat terlambat menerima penggunaan obat malaria. Kasus malaria di Kabupaten Manokwari tahun 2015 yakni sebanyak 6.384 kasus pada seluruh kelompok umur yang tersebar di dua belas puskesmas yang ada di Kabupaten Manokwari (Dinkes kab.Manokwari,2015)
            Lima Spesies plasmodial yang menyebabkan malaria antara lain; Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale curtisi, Plasmodium ovale wallikeri, dan Plasmodium malariae (Ahmed dan Cox-Singh, 2015). Masing masing spesies plasmodium menyebabkan infeksi malaria yang berbeda-beda. Plasmodium falciparum menyebabkan malaria falciparum/tropika. Plasmodium vivax menyebabkan malaria vivax/tertiana. Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale dan Plasmodium malariae menyebabkan malaria malariae/quartana. Seorang penderita dapat dihinggapi lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi ini disebut infeksi campuran (mixed infection) (Malaria,Mencegah&Mengatasinya dr Arlan Prabowo)

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dirumuskan masalah penelitian ini yaitu “Bagaimana karakteristik pasien penderita malaria berdasarkan plasmodium penyebab malaria di Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari  periode oktober 2017 – maret 2018 ?”

1.3  Tujuan Penelitian
1.3.1       Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasien penderita malaria berdasarkan plasmodium penyebab malaria di Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari  periode oktober 2017 - maret 2018
1.3.2       Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah :
a.      Mengetahui distribusi jenis plasmodium penyebab penyakit malaria menurut umur di Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari periode oktober 2017 – maret 2018
b.     Mengetahui distribusi jenis plasmodium penyebab penyakit malaria menurut jenis kelamin di Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari  periode oktober 2017 - maret 2018
c.      Mengetahui distribusi jenis plasmodium penyebab penyakit malaria tingkat pendidikan di Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari  periode oktober 2017 - maret 2018
d.     Mengetahui distribusi jenis plasmodium penyebab penyakit malaria menurut pekerjaan di Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari  periode oktober 2017 - maret 2018
e.      Mengetahui distribusi jenis plasmodium penyebab penyakit malaria menurut lingkungan tempat tinggal di Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari kabupaten manokwari periode oktober 2017 - maret 2018

1.4  Manfaat Penelitian
1.4.1       Manfaat Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah data epidemiologi penyakit Malaria. Dan juga sebagai acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian mengenai penyakit Malaria.
1.4.2        Manfaat Bagi Klinisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar teori dan informasi secara ilmiah mengenai karakteristik penderita malaria sehingga dapat membantu mengidentifikasi faktor-faktor risiko malaria yang terdapat pada penderitanya, dan mengidentifikasi adanya komplikasi.
1.4.3       Manfaat Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat dengan meningkatkan kesadaran masyarakat agar lebih bertanggung jawab terhadap pencegahan malaria di tempat tinggalnya.








BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1Definisi
Malaria adalah penyakit  menular yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Istilah malaria diambil dari bahasa Italia, yakni mal (=buruk) dan area(=udara) atau udara buruk karena dahulu banyak rawa rawa yang mengeluarkan bau busuk. (Prabowo,2004). Pada individu yang tidak kebal, gejala biasanya muncul 10-15 hari setelah gigitan nyamuk infektif. Gejala pertama - demam, sakit kepala, dan menggigil - ringan dan sulit dikenali sebagai malaria. Jika tidak diobati dalam waktu 24 jam, malaria P. falciparum dapat berkembang menjadi penyakit parah, yang seringkali menyebabkan kematian. (WHO,2017)

2.2  Jenis-jenis malaria
2.2.1       Malaria tropika
Malaria jenis ini disebabkan oleh Plasmodium falcifarum dan merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat malaria disebabkan adanya banyak eritrosit (sampai 50%) rusak menyumbat kapiler otak, terutama pada anak anak timbul koma dan kematian hanya dalam waktu beberapa jam. Gejalanya yaitu menurunnya kesadaran dengan serangan demam yang tidak menentu, ada kalanya terus menerus. Namun, malaria jenis ini tidak menimbulkan residif (kambuh) seperti jenis malaria lainnya.
Malaria jenis ini seringkali menyebabkan komplikasi malaria otak. Malaria otak merupakan jenis malaria yang sangat gawat, gejalanya dapat berupa hilang kesadaran, timbul kejang kejang, koma serta kematian.
2.2.2       Malaria kuartana
Malaria jenis ini disebabkan oleh Plasmodium malariae, dan memiliki masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau tropika ; pada awalnya gejala biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah terinfeksi. Gejala malaria akan terulang kembali setiap 3 hari. Residif seringkali terjadi.
2.2.3       Malaria tertiana
Merupakan jenis malaria yang paling ringan, yang disebabkan oleh Plasmodium vivax , dengan gejala demam bisa terjadi dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi.Gejala lainnya berupa nyeri kepala dan punggung, mual, pembesaran limpa dan malaise umum.
2.2.4       Malaria ovale 
Merupakan jenis malaria yang paling jarang ditemukan, disebabkan oleh Plasmodium ovale, gejala yang ditimbulkan mirip dengan malaria tertiana.

2.3     Gejala Malaria
UNICEF (2000) menjelaskan bahwa tanda tanda malaria dapat berupa :
·          Demam tinggi ( diatas 39  )
·          Diare
·          Muntah
·          Perubahan perilaku ( kejang-kejang, ketidaksadaran, kebingungan,dll )
·          Dehidrasi berat ( kulit kendur dan mata cekung )
·          Urin menjadi sedikit, atau berwarna gelap
·          Dapat terjadi pendarahan berat di hidung, gusi, atau bagian lain.
·          Anemia ( dapat dilihat pada wajah dan telapak tangan pasien )
·          Kekuningan pada mata.
Selain itu, pada infeksi malaria terdapat gejala klasik malaria akut yang sering di sebut Trias Malaria, secara berurutan :   

a.  Periode dingin.

Tanda tanda periode ini yaitu menggigil, kulit dingin dan kering. Nadi cepat namun lemah, Jari dan bibir pucat kebiruan. Berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam. Diikuti meningkatnya temperatur. Pada periode ini penderita cenderung memakai selimut.

b.  Periode demam

Setelah melewati periode dingin, penderita justru akan merasa kepanasan. Periode ini berlangsung lebih lama dari periode dingin, yakni antara 2 sampai 4 jam. Suhu badan penderita dapat mencapai 40  atau lebih. Gejalanya dapat berupa muka merah, kulit kering disertai rasa panas, sakit kepala, nadi cepat, kadang kadang dapat terjadi kejang ( pada anak ).
c.  Periode Berkeringat.
Setelah melewati periode demam, penderita akan mengalami periode keringat dimana penderita akan berkeringat banyak sekali sampai tempat tidurnya basah. Suhu badan penderita mulai turun dan penderita dapat tidur dengan nyenyak. Periode ini berlangsung antara 2 hingga 4 jam.

2.4     Faktor Resiko Malaria
2.4.1       Faktor Manusia ( Host )
a.     Karakteristik manusia
1.      Umur
Menurut Riskesdas, 2013 dapat diketahui bahwa kelompok umur 25 – 34 tahun memiliki prevalensi tertinggi sebagai penderita malaria.
Berdasarkan data laporan bulanan malaria yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kota Sorong, selama bulan januari-desember 2014 tercatat terdapat 7.617 penderita malaria dengan pengklasifikasikan 3 golongan umur, yaitu: umur 0-4 tahun sebanyak 2.426 orang, umur 5-14 tahun sebanyak 1.603 orang, dan umur > 15 tahun sebanyak 3588 orang (Dinkes Sorong, 2015)
2.      Jenis Kelamin
Infeksi malaria tidak membedakan jenis kelamin, tetapi apabila menginfeksi ibu yang sedang hamil akan menyebabkan anemia yang berat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan mempunyai respon yang kuat dibandingkan laki-laki, namun kehamilan menambah risiko malaria.
3.      Tingkat Pendidikan
Pendidikan yang semakin tinggi diharapkan berbanding lurus dengan tingkat pengetahuan, terutama untuk pencegahan malaria. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yahya, dkk (2005) makin tinggi tingkat pendidikan ibu cenderung makin tinggi tingkat pengetahuannya tentang malaria pada anak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian (Oktofina, 2014) yang dijelaskan bahwa proporsi responden dengan pendidikan rendah yang positif terjangkit malaria adalah 99,2%. Sementara responden berpendidikan tinggi yang positif terjangkit malaria ada 91,5%. Yang berarti bahwa masyarakat berpendidikan rendah lebih banyak yang terinfeksi malaria.

4.      Pekerjaan
Hasil penelitian oleh Balai Penelitian Vektor dan Reservoar Penyakit  (BPVRP) juga menunjukkan hasil bahwa pekerjaaan yang berkaitan dengan pertanian mempunyai risiko untuk menderita malaria sebesar 4,1 kali lebih besar daripada yang bekerja selain dibidang pertanian.
Menurut (Winardi, 2004), ada beberapa pekerjaan yang lebih beresiko menderita malaria, antara lain :
a.      Penebang kayu
b.     Petani
c.      Peternak
d.     Berkebun
e.      Penyadap nira pohon kelapa

5.      Lingkungan tempat tinggal
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Chaerunisa, 2013), ada hubungan kejadian malaria klinis dengan jenis rumah yang ditinggali oleh responden. Hasil bivariat dari variabel jenis rumah menunjukkan bahwa responden yang tinggal di rumah yang tidak permanen memiliki risiko 1.56 kali lebih besar untuk mengalami malaria klinis daripada responden yang tinggal di rumah permanen.

2.5     Kerangka Teori

2.6     Kerangka Konsep


 
2.7     Hipotesis kerja
Bahwa terdapat pengaruh dari rekam medik umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan lingkungan tempat tinggal terhadap karakteristik pasien penderita malaria berdasarkan jenis plasmodium di RSUD Kabupaten Manokwari pada periode oktober 2017 – maret 2018.

2.8     Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang dapat diamati untuk observasi atau pengukuran secara cermat terhadap situasi objek yang kemudian dapat diulangi lagi oleh orang lain (Nursalam,2008 : 100)
Pada penentuan variable ini, pasien penderita Malaria adalah penderita yang dinyatakan menderita Malaria berdasarkan diagnosa dokter dan tercatat dalam rekam medis. Kemudian akan diobservasi berdasarkan varibel bebas, yang akan diuraikan
sebagai berikut :
1.     Umur
·       Definisi : rentang usia pada saat objek dilahirkan sampai saat pertama kali masuk ke rumah sakit dengan diagnosis malaria sesuai dengan yang tercatat dalam rekam medis
·       Alat ukur : Data Rekam Medik RSUD Manokwari
periode oktober 2017 – maret 2018
·       Cara ukur : Mengobservasi jenis plasmodium penderita malaria berdasarkan umur yang tercantum pada rekam medis di dalam daftar tilik
·       Skala ukur : skala interval yang terdiri dari 4 kategori
·       Hasil ukur :
(a)   15-24 tahun
(b) 25-34 tahun
(c)   35-44 tahun
(d)  45-54 tahun
2.     Jenis Kelamin
·       Definisi : identitas seksual yang tercantum dalam rekam medis
·       Alat ukur : Data Rekam Medik RSUD Manokwari
periode oktober 2017 – maret 2018
·       Cara ukur  : Mengobservasi jenis plasmodium penyebab malaria berdasarkan jenis kelamin yang tercantum pada rekam medis di dalam daftar tilik
·       Skala ukur : skala nominal yang terdiri dari 2 kategori
·       Hasil ukur :
(a)   Laki- laki
(b)  Perempuan

3.     Tingkat pendidikan
·       Definisi : Proses belajar formal menurut sistem pendidikan nasional yang terakhir di tempuh oleh penderita
·       Alat ukur : Data Rekam Medik RSUD Manokwari
periode oktober 2017 – maret 2018
·       Cara ukur  : Mengobservasi plasmodium penyebab malaria berdasarkan tingkat pendidikan yang tercantum pada rekam medis di dalam daftar tilik
·       Skala ukur : skala nominal yang terdiri dari 5 kategori
·       Hasil ukur :
(a)   Tidak sekolah
(b)  SD
(c)   SMP
(d)  SMA
(e)   Perguruan tinggi
4.     Pekerjaan
·       Definisi : kegiatan rutin yang dilakukan penderita dalam kehidupan sehari-hari untuk mempertahankan kelangsungan hidup yang tercatat di dalam rekam medis.
·       Alat ukur : Data Rekam Medik RSUD Manokwari
periode oktober 2017 – maret 2018
·       Cara ukur : Mengobservasi jenis plasmodium penyebab malaria berdasarkan pekerjaan yang tercantum pada rekam medis di dalam daftar tilik
·       Skala ukur : skala nominal yang terdiri dari 4 kategori
·       Hasil ukur :
(a)   Petani
(b)  Nelayan
(c)   PNS / Pegawai swasta
(d)  Pelajar ( Siswa/Mahasiswa )

5.     Lingkungan tempat tinggal
·       Definisi : Alamat tempat tinggal penderita yang tercantum dalam rekam medis
·       Alat ukur : Data Rekam Medik RSUD Manokwari
periode oktober 2017 – maret 2018
·       Cara ukur : Mengobservasi plasmodium penyebab malaria berdasarkan alamat yang tercantum pada rekam medis di dalam daftar tilik
·       Skala ukur : skala nominal yang terdiri dari 2 kategori
·       Hasil ukur :
(a)   Daerah gunung
(b)  Daerah pantai

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1  Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian ini adalah metode penelitian yang bersifat non-eksperimental dengan rancangan  deskriptif dan bersifat restropektif, dimana penulis mencoba untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang karakteristik pasien penderita malaria berdasarkan jenis plasmodium penyebab malaria secara objektif berdasarkan data-data sekunder yang tercatat dalam rekam medis pada periode januari
3.2  Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan  hingga sampel data yang diinginkan mencapai target atau lebih. Lokasi penelitian ini adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Manokwari, Papua Barat
3.3  Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi target pada penelitian ini adalah semua pasien dengan diagnosa Malaria berdasarkan hasil pemeriksaan di RSUD Kabupaten Manokwari, periode oktober 2017 – maret 2018 dengan teknik pengambilan sample adalah simple random sampling . Perhitungan menggunakan rumus Lemeshow, :



n =   = 97 sampel
Keterangan:
n       : Jumlah Sample minimal
Zα     : Tingkat Kemaknaan (ditetapkan)
P       : Maximal estimasi
Q      : 1-P
d       : ketetapan absolut yang dikehendaki (ditetapkan)


3.4  Teknik Pengambilan Sampel
Sampel pada penelitian ini diambil dengan cara simple random sampling yaitu rekam medis akan diambil secara acak 100 orang pasien penderita malaria sehingga setiap subyek dalam penelitian memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Setelah itu, responden yang memenuhi kriteria inklusi akan dipilih menjadi sampel penelitian ini. 

3.5  Kriteria Seleksi
3.5.1 Kriteria Inklusi
1.           Terdaftar sebagai pasien penderita Malaria di RSUD Manokwari periode januari
2.           Mempunyai data yang lengkap
3.           Memiliki rekam medis yang dapat dievaluasi

3.5.2 Kriteria Eksklusi
1.         Pasien dengan komplikasi berat

3.6  Instrumen Pengambilan Data
3.6.1    Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini yaitu RSUD Kabupaten Manokwari yang bisa memberikan data melalui rekam medik
3.6.2    Jenis Data
Jenis data pada penelitian ini berupa data sekunder yang datanya diambil melalui rekam medis subjek penelitian 
3.6.3       Instrumen Pengambilan Data
Data yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan SPSS 16.0 dan table table dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 untuk memperoleh hasil statistic deskriptif yang diharapkan
3.6.4       Prosedur Pengambilan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah meminta perizinan dari pihak pemerintah dari RSUD Kabupaten Manokwari .Kemudian nomor rekam medis pasien Malaria dalam periode yang telah ditentukan dikumpulkan di bagian rekam medis RSUD Kabupaten Manokwari. Setelah itu dilakukan pengamatan dan pencatatan langsung ke dalam table check list yang telah disediakan.

3.7  Metode Pengolahan dan Penyajian Data
3.7.1    Teknik Pengolahan Data
Data hasil penelitian yang diperoleh akan diolah dengan tahapan sebagai berikut:
a.      Editing
Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data
b.     Coding
Data yang telah terkumpul dan telah dikoreksi ketepatan serta kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.
c.      Entri
Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan kedalam program komputer.
d.     Cleaning Data
Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.
e.      Saving
Penyimpanan data untuk siap dianalisis
3.7.2    Analisis dan Penyajian Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistika deskriptif dengan menggunakan program komputer SPSS. Data dari penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel disertai dengan penjelasannya.



3.8       Etika Penelitian
1. Melakukan pengajuan Ethical Clearance ke Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
2. Berusaha menjaga kerahasiaan identitas pasien yang terdapat pada rekam medik, sehingga diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas penelitian yang dilakukan.
3. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang terkait sesuai dengan manfaat penelitian yang telah disebutkan sebelumnya.


BAB 4
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

4.1.      Rincian Dana
No.
Jenis Pengeluaran
Biaya (Rp)



1
Rekam Medik (100 pasien @2000)   
Rp 200.000
2.
Transportasi;pesawat(PP @3.000.000)
Rp 3.000.000




Total
Rp 3.200.000


4.2.    Jadwal Penelitian
1.      November 2017
- Pembuatan Proposal

2.      Oktober – November 2018
- Pengajuan Ethical Clearance ke Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

3.     November 2018
- Meminta perizinan dari pihak pemerintah dari RSUD Kabupaten Manokwari

4.     Desember 2018
- Pengumpulan langsung data rekam medik RSUD Kabupaten Manokwari

5.     Januari – Maret 2019
- Pengolahan, penyajian data dan pembuatan laporan hasil


BAB 5
DAFTAR PUSTAKA

·       Ahmed N, Dobrindt U, Hacker J, Hasnain SE. 2008. Genomic fluidity andpathogenic   bacteria: applications in diagnostics, epidemiology and intervention. Nature Rev Microbiol 6: 387–394.
·       Anonimus. 2005. Laporan Pertanggungjawaban. Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong.
·       Center for Disease Control and Prevention (CDC). 2015. Malaria Transmission in the United States.
·       Chaerunisa A R. Eryando T. 2013. Hubungan Tempat Tinggal Terhadap Kejadian Malaria Klinis pada Ibu Hamil di daerah Pedesaan Indonesia. Jawa Barat : Universitas Indonesia
·       Depkes RI. 1999. Penemuan dan Pengobatan Penderita. Direktorat Jenderal P2M dan PLP. Jakarta : DEPKES RI.
·       Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat. 2016. Laporan Pertanggung Jawaban.
·       Dr dr Anies Mkes PKK. 2006. Manajemen Berbasis Lingkungan : Solusi Mencegah dan Menanggulangi Penyakit Menular. Jakarta : PT Alex Media Komputindo.
·       Harijanto PN dkk. 2010. Malaria dari Molekuler ke Klinis. Edisi Kedua. EGC:Jakarta.
·       Kemenkes RI. 2011. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan : Epidemiologi Malaria di Indonesia.
·       Kementerian Kesehatan RI, 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2012. http://www.depkes.go.id. World Health Organization. Global Malaria Programme. World malaria report 2015.  Switzerland: WHO Press. 2011;66-75.
·       Kemenkes RI. 2016. Info DATIN : Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.
·       Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Rineka Cipta. Jakarta.
·       Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta
·       Oktofina S, Ilham S, Arsunan A, Mieska D. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Malaria di Kecamatan Kabola, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Tahun 2014. Makassar.
·       Pemerintah Provinsi Papua Barat. 2015. Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Papua Barat.
·         Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.
·       Subbarao K.S. 1998. Anopheles Spesies Complexes in South East Asia. New Delhi : WHO.
·       Tjay T H, Rahardja K.2007. Obat Obat Penting : Khasiat Penggunaan dan Efek Efek Sampingnya. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
·       UNICEF. 2000. Promoting Rational Use of Drugs and Correct Case Management in Basic Health Services





Diabetes Melitus tipe 1

1. Definisi Diabetes Melitus (DM) adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan karateristik hiperglikemia dan terjadi akibat...