1. Definisi
Diabetes Melitus (DM) adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan
karateristik hiperglikemia dan terjadi akibat defek sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya. Menurut ISPAD (International Society of Pediatric
and Adolesence Diabetes), DM-Tipe 1 terjadi akibat destruksi sel
ẞ-pankreas yang berakhir pada defisiensi absolut insulin yang terjadi karena
proses autoimun atau idiopatik.
2. Diagnosis
1. Kadar
glukosa darah puasa (GDP) ≥ 126 mg/dL (≥ 7,0 mmol/L).
2.Adanya
gejala klinis poliuria, polidipsia, polifagia, berat badan (BB) yang menurun,
& kadar glukosa darah sewaktu (GDS) > 200 mg/dL (11,1 mmol/L).
3.Penderita
yang asimptomatis ditemukan kadar GDS
> 200 mg/dL atau kadar GDP lebih tinggi dari normal dengan tes toleransi glukosa (TTG) yang
terganggu pada lebih dari 1 kali pemeriksaan.
Penilaian
hasil TTG :
1.Menderita
DM, bila :
Kadar
GDP ≥ 126 mg/dL (7 mmol/L) atau kadar GD pada jam ke-2 > 200 mg/dL (11,1
mmol/L).
2.Menderita
TTG terganggu, bila :
Kadar GDP 100-125 mg/dL (5,6-6,9 mmol/L) dan
kadar GD pada jam ke-2 140-199 mg/dL
(7,8-11,1 mmol/L).
3.Normal,
bila :
Kadar
GDP (plasma) < 100 mg/dL (5,6 mmol/L) dan
kadar GD pada jam ke-2 < 140 mg/dL (7,8mmol/L).
3. Tanda dan Gejala
A. Sebagian besar DM Tipe 1 (70%) bersifat asimptomatik
B. Gejala klasik DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, serta berat badan yang menurun cepat pada umumnya muncul secara akut.
C. Gejala lain akibat hiperglikemia : luka sulit sembuh, kulit kering dan gatal, parastesia pada kaki, atau pandangan kabur
D. Pada kasus yang terlambat terdiagnosis, dapat ditemui komplikasi berupa ketoasidosis(pernapasan Kussmaul, napas berbau keton, penurunan kesadaran, tanda-tanda asidosis)
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektrolit dan keton darah
b. Urinalisis
c. C-peptide ( bedakan DM tipe 1 dan DM tipe 2 )
d. ICAs / IAA ( petanda/marker adanya proses autoimun pada sel beta pankreas )
e. HbA1c ( sebagai parameter kontrol metabolik )
5. Tata laksana
Insulin -> Makan -> Exercise -> Edukasi -> Monitoring
Tujuan tatalaksana yaitu agar kualitas hidup pasien tetap optimal, dengan kontrol metabolik yang baik.
A. Insulin
•
Konsekuensi bila tidak memakai insulin:
– Gangguan
pertumbuhan
– Pubertas
terlambat
– Kontrol
metabolik kurang
– Komplikasi
mikrovaskular
– Komplikasi
makrovaskular
– Harapan
hidup pendek
– Kualitas
hidup menurun
•
Aplikasi
praktis terapi insulin pada DMT1 dapat menggunakan regimen :
1.
Split
mix regimen
Menggunakan dua dosis regimen insulin:campuran short acting insulin dengan intermediete atau long acting insulin. Total dosis harian dibagi menjadi 2 kali suntik, yang diberikan sebelum makan pagi dan sebelum makan malam
Menggunakan dua dosis regimen insulin:campuran short acting insulin dengan intermediete atau long acting insulin. Total dosis harian dibagi menjadi 2 kali suntik, yang diberikan sebelum makan pagi dan sebelum makan malam
2.
Basal-bolus
regimen
Insulin dosis rendah
diberikan untuk meningkatkan kebutuhan basal(misalnya glargine, determir) dan
dikombinasikan dengan insulin dosis besar untuk memenuhi kebutuhan
prandial(setiap kali makan) yang dosisnya disesuaikan dengan kandungan
karbohidrat dalam diet tersebut. Dalam menentukan dosis bolus, digunakan rasio
karbohidrat : insulin. Rasio tersebut disesuaikan dengan berat badan dan total
dosis harian (TDH) insulin pasien yang dihitung dengan rumus rasio K:I =
(1650/TDH) x 0.33
3.
Pompa
Insulin
Hanya boleh menggunakan analog
insulin kerja cepat yang diprogram sebagai analog insulin basal dan bolus
sesuai kebutuhan
Efek samping pemberian insulin
•
BB naik (efek anabolisme)
•
Lipodistrofi (terutama di daerah penyuntikan)
•
hipoglikemia (pasien diingatkan untuk membawa permen untuk mengantisipasi)
Tempat
penyuntikan :
•
Absorbsi insulin berbeda @
tempat penyuntikan
•
Paling cepat di abdomen
•
Paling lambat di bokong
•
Sebaiknya di rotasi untuk menghindari lipohipertrofi
•
Lipohipertrofi memperlambat absorpbsi insulin
B. Nutrisi
•
Kalori terdiri dari:
– 50-55% KH
– 15-20% protein
– 30% from fat.
•
Kebutuhan kalori:
– 1000 + (Usia
(tahun) x 100) kal.
– Berdasarkan
BB ideal
Dibagi
menjadi:
– 20% sarapan
– 10% snack pagi
– 25% makan
siang
– 10% snack siang
– 25% makan
malam
– 10% snack Malam
C. Exercise
Boleh olahraga apa saja jika tidak ada komplikasi dan kontrol glikemik baik. Sekitar 40% kejadian hipoglikemia dicetuskan saat olahraga.
Selama olahraga, monitoring gula darah setiap 30 menit. Pastikan cairan cukup, serta konsumsi karbohidrat setiap 30 menit bila dibutuhkan.
Sebelum
OR: •
GD >250
mg/dL + Ketonemia/uria: jangan OR.
•
GD
>300 mg/dL tanpa ketonemia/uria:
hati-hati
•
GD
< 100 mg/dL: tambah KH
D. Edukasi
•
Saat diagnosis: overview
diabetes pada keluarga
•
Edukasi(keystone of diabetes care) meliputi:
– Patofisiologi hiper dan hipoglikemia
– “the do’s and don’ts” hidup
dengan DM
– Insulin :
•
Tipe insulin
•
Bagaimana mencampur
•
Bagaimana menyuntik
•
Lokasi injeksi dan rotasi
•
ES pada daerah injeksi
– Monitor
GD
– Target
GD/ HbA1c (individual)
Monitoring metabolik = gula darah (Parameter terbaik : HbA1C)
Target : 1. Tumbuh kembang anak normal 2. HbA1C < 7.5% 3. Hipoglikemia berat (-)
4. Ketoasidosis (-) 5. GD pre prandial : 70-150 mg/dl 6. GD post prandial : <180-200 mg/dl
Referensi :
Referensi :
Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV. 2016. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Bahan kuliah FK UNHAS 2016,2017.
Catatan kuliah pemilik blog.