Minggu, 01 April 2018

Diabetes Melitus tipe 1


1. Definisi
Diabetes Melitus (DM) adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan karateristik hiperglikemia dan terjadi akibat defek sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Menurut ISPAD (International Society of Pediatric and Adolesence  Diabetes), DM-Tipe 1 terjadi akibat destruksi sel ẞ-pankreas yang berakhir pada defisiensi absolut insulin yang terjadi karena proses autoimun atau idiopatik. 

2. Diagnosis
1. Kadar glukosa darah puasa (GDP) ≥ 126 mg/dL (≥ 7,0 mmol/L). 
2.Adanya gejala klinis poliuria, polidipsia, polifagia, berat badan (BB) yang menurun, & kadar glukosa darah sewaktu (GDS) > 200 mg/dL (11,1 mmol/L).
3.Penderita yang asimptomatis ditemukan kadar GDS  > 200 mg/dL atau kadar GDP lebih tinggi dari  normal dengan tes toleransi glukosa (TTG) yang terganggu pada lebih dari 1 kali pemeriksaan. 

Penilaian hasil TTG :
1.Menderita DM, bila :
Kadar GDP ≥ 126 mg/dL (7 mmol/L) atau kadar GD pada jam ke-2 > 200 mg/dL (11,1 mmol/L).
2.Menderita TTG terganggu, bila :
 Kadar GDP 100-125 mg/dL (5,6-6,9 mmol/L) dan kadar  GD pada jam ke-2 140-199 mg/dL (7,8-11,1 mmol/L).
3.Normal, bila :
Kadar GDP (plasma) < 100 mg/dL (5,6 mmol/L) dan  kadar GD pada jam ke-2 < 140 mg/dL (7,8mmol/L).   


3. Tanda dan Gejala

A. Sebagian besar DM Tipe 1 (70%) bersifat asimptomatik
B. Gejala klasik DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, serta berat badan yang menurun cepat pada umumnya muncul secara akut.
C. Gejala lain akibat hiperglikemia : luka sulit sembuh, kulit kering dan gatal, parastesia pada kaki, atau pandangan kabur
D. Pada kasus yang terlambat terdiagnosis, dapat ditemui komplikasi berupa ketoasidosis(pernapasan Kussmaul, napas berbau keton, penurunan kesadaran, tanda-tanda asidosis)

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektrolit dan keton darah
b. Urinalisis
c. C-peptide ( bedakan DM tipe 1 dan DM tipe 2 )
d. ICAs / IAA ( petanda/marker adanya proses autoimun pada sel beta pankreas )
e. HbA1c ( sebagai parameter kontrol metabolik )

 5. Tata laksana 
Insulin -> Makan -> Exercise -> Edukasi -> Monitoring
Tujuan tatalaksana yaitu agar kualitas hidup pasien tetap optimal, dengan kontrol metabolik yang baik. 
A. Insulin
        Konsekuensi bila tidak memakai insulin:
       Gangguan pertumbuhan
       Pubertas terlambat
       Kontrol metabolik kurang
       Komplikasi mikrovaskular
       Komplikasi makrovaskular
       Harapan hidup pendek
       Kualitas hidup menurun
        Aplikasi praktis terapi insulin pada DMT1 dapat menggunakan regimen :

1.      Split mix regimen
Menggunakan dua dosis regimen insulin:campuran short acting insulin dengan intermediete atau long acting insulin. Total dosis harian dibagi menjadi 2 kali suntik, yang diberikan sebelum makan pagi dan sebelum makan malam
2.      Basal-bolus regimen
Insulin dosis rendah diberikan untuk meningkatkan kebutuhan basal(misalnya glargine, determir) dan dikombinasikan dengan insulin dosis besar untuk memenuhi kebutuhan prandial(setiap kali makan) yang dosisnya disesuaikan dengan kandungan karbohidrat dalam diet tersebut. Dalam menentukan dosis bolus, digunakan rasio karbohidrat : insulin. Rasio tersebut disesuaikan dengan berat badan dan total dosis harian (TDH) insulin pasien yang dihitung dengan rumus rasio K:I = (1650/TDH) x 0.33
3.      Pompa Insulin
Hanya boleh menggunakan analog insulin kerja cepat yang diprogram sebagai analog insulin basal dan bolus sesuai kebutuhan

Efek samping pemberian insulin
        BB naik (efek anabolisme)
        Lipodistrofi (terutama di daerah penyuntikan)
        hipoglikemia (pasien diingatkan untuk membawa permen untuk mengantisipasi)


Tempat penyuntikan :
        Absorbsi insulin berbeda @ tempat penyuntikan
        Paling cepat di abdomen
        Paling lambat di bokong
        Sebaiknya di rotasi untuk menghindari lipohipertrofi
        Lipohipertrofi memperlambat absorpbsi insulin

B. Nutrisi
        Kalori terdiri dari:
       50-55% KH
       15-20% protein
       30% from fat.
        Kebutuhan kalori:
       1000 + (Usia (tahun) x 100) kal.
       Berdasarkan BB ideal
Dibagi menjadi:
       20% sarapan
       10% snack pagi
       25% makan siang
       10% snack siang
       25% makan malam
       10% snack Malam


 C.  Exercise
Boleh olahraga apa saja jika tidak ada komplikasi dan kontrol glikemik baik. Sekitar 40% kejadian hipoglikemia dicetuskan saat olahraga. 
Selama olahraga, monitoring gula darah setiap 30 menit. Pastikan cairan cukup, serta konsumsi karbohidrat setiap 30 menit bila dibutuhkan. 
Sebelum OR:         GD >250 mg/dL + Ketonemia/uria: jangan OR.
                       •        GD >300 mg/dL tanpa ketonemia/uria: hati-hati
                       •        GD < 100 mg/dL: tambah KH

D. Edukasi 
        Saat diagnosis: overview diabetes pada keluarga
        Edukasi(keystone of diabetes care) meliputi:
       Patofisiologi hiper dan hipoglikemia
       “the do’s and don’ts” hidup dengan DM
       Insulin :
        Tipe insulin
        Bagaimana mencampur
        Bagaimana menyuntik
        Lokasi injeksi dan rotasi
        ES pada daerah injeksi
       Monitor GD
       Target GD/ HbA1c (individual)

E. Monitoring
Monitoring metabolik = gula darah (Parameter terbaik : HbA1C)
Target : 1. Tumbuh kembang anak normal   2. HbA1C < 7.5%   3. Hipoglikemia berat (-) 
4. Ketoasidosis (-)    5. GD pre prandial : 70-150 mg/dl   6. GD post prandial : <180-200 mg/dl

Referensi :
Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV. 2016. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Bahan kuliah FK UNHAS 2016,2017.

Catatan kuliah pemilik blog.

Diabetes Melitus tipe 1

1. Definisi Diabetes Melitus (DM) adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan karateristik hiperglikemia dan terjadi akibat...